NKRI Harga Mati “Sebuah Slogan Memusnahkan Orang Asli Papua”

    NKRI Harga Mati  “Sebuah Slogan Memusnahkan Orang Asli Papua”
    Ilustrasi foto. Seorang TNI (bukan seorang guru) mengajar anak SD. TNI tidak layak mengajar di SD bukan tempatnya mengamalkan NKRI harga mati, ini salah-satu pembunuhan karakter ke-Papuan.

    NKRI Harga Mati

    “Sebuah Slogan Memusnahkan Orang Asli Papua”

    NKRI Harga Mati

    NKRI harga mati adalah sebuah slogan yang sering digaungkan untuk menyatakan diri bahwa kita menyetujui dan mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan keempat pilarnya. Biasanya akan sering kita temukan istilah tersebut terucapkan dengan lantang dalam setiap yel-yel kegiatan kepramukaan, paskibra, atau kagiatan sebuah organisasi, di mana asas pembentukannya adalah sebuah wadah yang memupuk kecintaan kader atau anggotanya kepada tanah air. Seperti Badan-badan Otonom di bawah naungan Nahdlatul Ulama dan ormas-ormas moderat lainnya.

    Bagaimana jika ideologi kesatuan tersebut diubah dengan paham negara islam atau sejenisnya? Bisa dipastikan akan ada daerah yang menyatakan untuk memisahkan diri dari negara Indonesia.

    Bukankah sangat disayangkan jika hal tersebut terjadi? Ingatlah kembali, bagaimana para raja terdahulu, serta para pejuang kemerdekaan memperjuangkan tanah dan negara ini?. Oleh sebab itu, NKRI harus Harga Mati, tidak bisa ditawar lagi. Maka upaya-upaya makar walaupun masih sekadar isu dan katanya tetap harus kita waspadai. Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati? (lih. https://www.kompasiana.com, 13/08/2019). Bagi Indonesia NKRI harga mati tidak bisa ditawar, oleh karena itulah rakyat Papua terus dibunuh oleh Indonesia, melalui TNI/POLRI sebagai alat negaranya.

    Penerapan NKRI Harga Mati di Papua

    Secara umum di Papua gagal memperaktekkan atau menanamkan ideologi NKRI harga mati. Malah menjadi alat untuk membunuh manusia asli Papua. Dalam UUD 1945 pasal 28 huruf I ayat (1) ditegaskan bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Tetapi kenyataannya Hak untuk hidup untuk mempertahankan kehidupan rakyat dikendalikan oleh TNI/POLRI. Tak bisa dipungkiri bahwa itu adalah tugas sebagai alat negara. Stigma dari negara lain dan manusia yang berasal dari kaum tak bersuara pun menilai, masa depan negara Indonesia akan hancur, ditertawakan, dihina, dan malah dianggap bodoh kalau TNI/POLRI tidak memaknai dan menghargai hak hidup manusia Papua dan pada umumnya warga Negara diseluruh Indonesia. Tindakannya tidak sesuai dengan semboyang NKRI harga mati. Cara pendekatannya sangat tidak manusiawi dan membunuh manusia Papua dengan pendekatan seperti ular.

    Memang benar bahwa pada umumnya manusia itu memiliki hak untuk hidup dan mati. Hidup dan mati merupakan sebuah kepastian yang Tuhan berikan kepada kita. Diri kita ini berharga dan paling luhur dibandingkan dengan ciptaan Tuhan yang lain, maka hidup sebelum mati mesti diperjuangkan. Manusia juga berharga ketika mencoba melakukan hal-hal yang luhur, dan tidak berharga ketika tidak mencintai harga hidup yang diimpikan oleh setiap pribadi manusia.

    Peran TNI/POLRI memang sangat dibutuhkan untuk memelihara keutuhan dan hak hidup seluruh warga Negara Indonesia. Situasi keamananan untuk bagaimana mempertahankan hidup, negara Indonesia tidak cermat, tetapi menjadikan sembohyang untuk mempertahankan Negara dan membunuh rakyat Papua secara brutal dan tidak hormat, seakan harimau memangsa yang lemah dan tak berdaya. Menurut tulisan singkat ini penulis mau katakan bahwa sebenarnya yang mesti diangkat oleh Negara adalah soal harga untuk hidup, bukan mematikan nyawa manusia Papua.

    NKRI Harga Mati” , kalimat ini biasanya diabadikan di pos-pos TNI/POLRI. Untuk mempertahankan hal diatas ini, selalu saja melanggar Hak Asasi Manusia di tanah Papua. NKRI harga mati tidak bisa gugat, namun bisa gugat dan terlepas jika tindakan tidak manusiawi dan kekerasan terus mengancam nyawa orang asli Papua.

    Negara ini, sebenarnya macam apa? sebagaimana biasa, setiap kali terjadi pelanggaran HAM selalu saja menyampaikan kepada negara lain bahwa ini hanya “soal kesejahteraan masyarakat” yang ada di Papua dan lebih bahaya karena memusnakan rakyat yang hidup aman, lalu biasa berujar “nanti kami akan selesaikan”. Nah konsep ini selalu keluar dari mulut setan karena pada dasarnya TNI/POLRI ini memperjuangkan harga mati bukan harga hidup. Manusia Papua itu mencintai harga hidup bukan mati, untuk itulah perjuangan Free West Papua hidup terpelihara sampai masa kini, mengapa? Karena manusia Papua percaya didalam pembebasan ada harga hidup, ada damai, kebenaran dan kasih. Kalau memang harga mati itu Tuhan yang buat? Apakah motif Tuhan atas kejahatan TNI/POLRI, sehingga menimbulkan luka batin dan derita?.

    NKRI “Harga Mati” Melahirkan Pelanggaran HAM di Papua

    Dalam album penderitaan manusia Papua, hidup mana pun, kapan pun dan siapa pun memang tidak pernah absent dari derita, kematian dan kekerasan atau kekejaman dari Indonesia. Kekerasan atau kekejaman ini terus mewarnai seluruh kehidupan manusia Papua. Hal ini membuat kita tersentak kaget namun sebetulnya pernyataan itu tidak perlu, sebab memang begitu realitas yang sebenarnya yang dikendalikan oleh TNI/POLRI. Masalah kekerasan atau kekejaman yang dilakukan dari TNI/POLRI ini tidak lain namun, untuk memusnakan orang asli Papua di Papua.

    Semboyang NKRI Harga Mati, penulis pikir lahir karena Papua merdeka, supaya tidak merdeka, pemikiran TNI/POLRI saat ini mau dan tidak mau manusia Papua harus mati. Sungguh biadab sekali otak negara Indonesia, tidak bisa pikir dengan akal sehat. Biarkanlah kami berekpresi untuk bebas dari kamu punya cara biadab itu, kami juga manusia. Kami orang asli Papua beda dengan kamu, kamu kulit putih kami hitam. Dengan nama NKRI harga mati, datang membunuh manusia Papua, TNI/POLRI sudah buat ribuan masalah di Papua, terutama menghilangkan nyawa orang asli Papua. Pelanggaran HAM yang dibuat oleh TNI/POLRI sampai detik ini yang negara belum selesaikan adalah misalnya Paniai berdarah yang terjadi “7-8 Desember 2014” lalu dan pelanggaran HAM lainnya yang dibuat oleh aparat negara. Negara harus pertanggungjawabkan atas seluruh pelanggaran HAM. Sudah ribuan manusia Papua yang tak berdosa dibunuh oleh negara. TNI/POLRI stop lakukan kekerasan politik dan pelanggaran HAM di Papua, kamu tidak sadar kalau kamu bukan manusia. Kalau kau manusia segera sadar dan tidak usah bunuh manusia Papua.

    Pada zaman ini bangsa Indonesia berusaha untuk cabut hak hidup dengan semboyang kata “NKRI HARGA MATI”. Kebiadaan ini mari kita robohkan. Kita tidak akan menikmati hidup yang damai bersama negara Indonesia. Negara sedang membunuh kita orang asli Papua. Kita juga tidak sadar kalau kita hidup bersama kawanan setan yang tidak bisa bertanggungjawab. NKRI HARGA MATI, semboyang yang tidak ada makna. Semboyang ini digunakan oleh negara untuk membunuh rakyat Papua, sungguh sangat tidak masuk akal. TNI/POLRI tidak layak memperaktekkan semboyang NKRI “Harga Mati”di Papua. Kamu datang membunuh masyarakat asli Papua supaya kamu kuasai Papua, stop dan stop buat onar. Mari kita usir TNI/POLRI dari West Papua, semboyang ini rupanya cocok diterapkan diluar bumi tanah hitam Papua. Kita tidak akan hidup damai bersama NKRI Harga Mati, mari kita perjuangkan harga hidup kita yakni menentukan nasib sendiri. Hidup damai perlu perjuangkan dalam bingkai harga hidup, manusia Papua itu harga hidup bukan murahan. Salam Free West Papua.

    Penulis adalah Sebedeus Mote Mahasiswa STFT Fajar Timur dan Anggota Kebadabi Voice Group, Abepura-Papua.

    Papua
    Aleks Waine

    Aleks Waine

    Artikel Sebelumnya

    Kunjungan Pater Yeheskiel Belau Pr di Seminari...

    Artikel Berikutnya

    Lagi-lagi! Mahasiswa Meepago Minta Pemda...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Babinsa Muara Tami Mendampingi Pj Walikota Jayapura Peletakan Batu Pertama SMP YPPK Kristus Juru Selamat Koya Timur
    Korupsi CSR BUMN untuk UKW, LBH Pers Indonesia Minta PWI dan Dewan Pers Dibubarkan
    Dandim Jayawijaya Hadiri Ibadah HUT Pekabaran Injil Ke-70 di Lembah Baliem
    Bergerak Peduli, Kodim 1702 Jayawijaya Gelar Karya Bakti
    Dr HaCe, Anda Humoris atau Honoris?

    Ikuti Kami