Pater Neles selama hidupnya memperjuangkan Dialog Jakarta-Papua. Banyak pihak mencurigainya, sesudah meninggal baru datang menghormati jenasa yang terbaring di Aula STFT Fajar Timur. Suasana waktu itu memang lain, maksudnya adalah rasa susah untuk menerima kenyataan yang bisa dikatan “kematian misterius”. Ia selalu yakin dan percaya bahwa dialog adalah jalan yang terbaik untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan diatas tanah yang penuh dengan penderitaan. Walaupun akademis terkemuka ini meninggalkan kita semua, saya yakin dan percaya semua pemikirannya lewat apa saja, tidak mungkin lenyap dari dunia yang nyata. Penghormatan wajar yang sudah berikan itu adalah lebel atas ketidakmampuan sebagai manusia biasa ditengah musiman, namun satu hal yang pasti hari-hari ini saya dan engkau rindu.
Keterbatasan untuk memahaminya, datang dari nadi bercabang yang terkadang dihasut dari penguasa yang bercabang pula. Bukan soal kedekatan dan bukan pula soal pernah hidup bersama tetapi bagaimana memahami semua itu dengan hati yang murni dan mau konsisten di jalan kebenaran, seperti Yesus yang dapat gelar Kristus karena menjalankan misi dari Allah secara utuh.
Misi Allah yang sudah di teruskan melalui gereja terutama didalam Ajaran Sosial Gereja (ASG) merupakan pedoman untuk memperbaiki hidup yang lebih harmonis. Keharmonisan hidup mesti memelihara demi kebaikan bersama, tanpa itu tentu kacau dan hancur berantakan. Kekacauan yang berpotensi tidak saling memahami mau menunjukkan bahwa hidup harus terus diperbaharui dalam Roh dan kebenaran, jika hanya sebatas dengan kata di pikiran tidak dengan hati berarti juga merupakan kegagalan dalam lembah penderitaan.
Dalam dunia yang fana memang benar bahwa tidak ada obat untuk menanggulangi kematiaan. Artinya kita tidak bisa menolak jika waktu kematian secara spontan terjadi. Rasanya tawar, banyak duri yang menikam jiwanya sampai terjatuh di ruang mulia yang semua orang percaya tetapi ya begitulah dan itu kenyataan bukan fiksi. Khayalan tetap khayalan, sesuatu yang tidak benar tidak perlu dibenarkan jika mengerti dengan hati dan pikiran yang sehat artinya diri kita masih hidup dan berdiri untuk menunaikan perdamaian yang suci ditengah badai nafsu birahi.
Hidup manusia pada dasarnya mempunyai tugas dan panggilan secara khusus. Dalam kekhususan hidup memiliki kunci “jika kunci hilang pasti cari” dan sampai benar-benar hilang berarti yang ada pergi tinggalkan atau duplikat. Upaya pembenaan diri dalam panggilan hidup setiap orang seharusnya ada, mengapa? Supaya tidak saling merugikan dirimu dengan manusia lain. Penulis tidak tahu apa yang engkau pikirkan begitupun sebaliknya, namun satu hal yang pasti hari ini engkau membenci mulai dari ujung ramput kepalah sampai di kaki, tetapi penulis percaya pasti mengalami perubahan hidup yang signifikan.
Sebagai putra terbaik dari tanah Papua ia sungguh-sungguh masuk dalam pergumulan tentang apa saja yang dialami oleh orang papua, yang tertindas diatas tanahnya sendiri yakni di tanah yang penuh misteri. Sang kebadabi hadir ditengah pergumulan hidup manusia Papua sejak ia mahasiswa STFT tingkat III. Nah, ditengah pergumulan inilah ia terus tuangkan pemikirannya untuk membebaskan bangsa yang hidup dalam kekerasan. Kekerasan sampai saat ini terus terjadi dan mengorbankan banyak orang papua yang dikategorikan sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam hal ini walaupun ia meninggal dunia, Gereja papua akan terus bicara, bersuara dalam kerangkah pembelaan terhadap kasus kemanusiaan dengan jalan damai demi keselamatan tubuh dan jiwanyamenujukemerdekaan yang sesungguhnya, yang didambbakanoleh orang Papua sendiri.
Dia selama masa hidupnya, mewartakan karya keselamatan Allah melalui khotbah di gereja, mahasiswanya, dan tulisan cetak maupun melalui tulisan lepas. Ditengah umat kristiani Papua yang mengalami penindasan. Pendidikan di STFT Fajar Timur dan memperjuangkan dialog damai antara Jakarta-Papua. Tetapi lebih banyak selama hidupnya kebadabi habiskan di pendidikan STFT Fajar Timur. Sebagai pusat keselamatan melalui pemikirannya dari tempat ini melahirkan dialog damai. Kami mahasiswa maupun Alumni pasti bersuara tentang pembebasan terutama HAM dan dialog damai sebagai fasilitator untuk semua pihak yang bertikai. Ini bukan dari siapa-siapa tetapi tugas khusus dari Allah supaya membawa dan membebaskan untuk menemukan rahasia Allah yang dihendaki untuk setiap umat beriman yang ada di Papua demi menciptakan suasana Damai dari Allah ditengah Tanah Papua, Indonesia dan dunia.
Dahulu juga banyak nabi dibunuh, penggal kepalah seperti santo Stefanus dan yang lain-lain, banyak sekali. Mereka yang tamat dari sini pun sama tidak jauh berbeda, memang benar demi kebenaran Allah siap mati ditangan penyamun pembelah setan. Melalui ini kebadabi yakin bahwa bangsa Papua bisa mencapai pada hidup damai ditaman firdaus dan semua orang dari setiap bangsa datang menemukan yang aslinya. Dalam hal ini bangsa yang berbeda dengan orang Papua tidak perlu untuk berkomentar, memang nampaknya begitu. Kalau seandainya anda berkomentar anda penjajah bukan pejuang damai bersama jalan yang anak negeri papua kasih tahu ini.
Kebadabi selalu menyampaikan dan pernah mengatakan essensi dari dialog JDP (JaringanDamai Papua) adalah para pihak yang bertikai menyelesaikan masalahnya tanpa pertumpahan darah. Para pihak yang bertikai perlu diundang dan difasilitasi dan mereka duduk membahas mengidentifikasi apa masalahnya yang menyebabkan sampai mereka berkonflik. Sesudah masalahnya di identifikasi, maka para pihak yang sama berdiskusi bagaimana menyelesaikannya, dan apa solusinya yang realistis dan yang bisa diukur.
Hemat penulis, Pater Dr. Neles Tebay Pr sudah tinggalkan kita semua namun seluruh perjuangan murni masih hidup. Negara Indonesia harus seriusi untuk bangun dialogis. Sudah sekian tahun tawarkan tetapi tidak terlaksana sampai saat ini, mengapa? Pembaharuan (rekonsiliasi) tubuh pemerintah Indonesia belum ada baik lembaga maupun manusianya. Oleh karena itu sebagai anak Papua mengajak dialog penuh terbuka, yakni dialog kemanusiaan antara pemerintah Jakarta-Papua untuk pembaharuan hidup bersama demi menciptakan tanah yang damai baik di Indonesia maupun Papua. Satu hal yang sangat pasti adalah kematian dan perdamaian itu milik semua orang.
Penulis: Zebedeus G Mote, Anggota Kebadabi Voices