Ganjar Pranowo Dan Neo -Jokowisme di Papua

    Ganjar Pranowo Dan Neo -Jokowisme di Papua
    Foto Google

    Sangat menarik jika cuitan Natalius Pigai di akun twetternya disimak dengan jeli. Selain Jokowi, kritikan pedas juga ia utarakan kepada Ganjar Pranowo Gubernur Jawa tengah. Dan rupanya hal inilah yang menuai tanggapan dari orang-orang dekat Jokowi dan Ganjar, bahkan seluruh tokoh-tokoh penting di Jakarta, (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211004215939-12-703341/natalius-pigai-dilaporkan-ke-bareskrim-soal-dugaan-rasisme, Jumat, 22-2021. Pukul 11:11 wit). Sekarang mengapa NP menyingung Gubernur Jawa Tengah? Apa pengaruhnya pada perpolitikan di Papua? Perluh diketahuai bahwa NP bukan orang baru di atas panggung perpolitikan Inodonesia, NP merupakan seorang tokoh yang terbilang sudah lama berlanganbuana di dunia politik Indoensia. Sehingga cuitan di akun twetternya yang mengundang kontroversial itu perluh disimak baik-baik oleh masyarakat luas, khsusnya Orang Asli Papau (OAP) dan seluruh rakyat Indonesia.

    Sebab sebagaimana yang dicurigai oleh Yuni Wahid, direktur Wahid Foundation, bahwa NP selain seorang aktivis HAM ia juga merupakan seorang politikus. Sehingga apa yang dicuit dalam twetternya itu selain bermuatan humanis, terdapat juga muatan politis, https://www.merdeka.com/peristiwa/yenny-wahid-nilai-cuitan-natalius-pigai-kental-unsur-politis, Jumat, 22-10-2021. Pukul. 11:14 wit). Dalam hal ini upayanya menyinggung Ganjar bukan tanpa dalil-dalil atau tesis-tesis politiknya yang mutakhir. Jadi dalam hal merespon cuitan NP perluh ada dua kaca mata untuk memahaminya, yakni kaca mata humanis dan politis.

    Namun dalam klarifikasi yang diberihkan oleh NP sendiri kita semua tahu beberapa hal. Pertama, tujuan cuitannya sebagai sebuah bentuk kritikan. Kedua, tidak ada unsusr rasis di dalam cuitan NP tersebut itu, frasas “Jawa Tengah” itu sebuah aksioma yang merujuk pada nama Provinsi Jawa Tengah. Ketiga, dugaan rasis itu datang dari sentiment orang-orang dekat Jokowi yang ‘Baperan’. Keempat, maksud NP menyinggung Ganjar berdasarkan fakat bahwa GP merupakan magnet Politik PDI di Pilpres 2024, sehingga cuitan twetter itu sebenarnya hendak menegaskan kepada seluruh orang Indonesia, khsusnya OAP bahwa Jokowi dan Ganjar adalah dua politikus yang sama dalam perangai politik. Bahwa Ganjar tidak lain dan tidak bukan merupakan seorang Neo-Jokowisme dalam ekosistem Perpolitikan di Papua, (https://www.merdeka.com/peristiwa/yenny-wahid-nilai-cuitan-natalius-pigai-kental-unsur-politis, Jumat, 22-10-2021. Pukul. 11:17 wit).

    Kendati pun demikian sosok Ganjar ini mesti didalami oleh OAP sebab singguhan NP dalam cuitannya itu mengandung makna mendalam prihal eksisten OAP dan alamnyan 10 tahun kedepan. Sebab GP merupakan salah satu bakal calon dalam Pilpres yang kuat. Sehingga dari jauh-jauh hari kita mesti mengenal treat-record dari sosok GP itu sendiri. Terlebih pengaruh-pengaruh politiknya di Papua dulu, sekarang, dan mendatang.

    Ganjar Pranowo dan Neo-Jokwisme di PapuaH. Ganjar Pranowo, S.H., M.I.P. (lahir 28 Oktober 1968) adalah Gubernur Jawa Tengah dua Periode yang menjabat sejak 23 Agustus 2013. Sebelumnya, ia merupakan DPR dari Fraksi PDI Perjuangan periode 2004 - 2009 dan 2009 - 2013. Selain itu, Ganjar juga menjabat sebagai Ketua Umum KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada) periode 2014 - 2019, (https://id.wikipedia, Jumat, 22-10-2021. Pukul. 11:18 wit).

    Berkaitan dengan Papua pendekatan yang dipakai oleh GP sangat alot dan hamper mirip dengan Jokowi kala mencuri hati OAP, yakni Blusukan. PON XX barangkali bisa menjadi moment penting bagi GP untuk mencuri hati OAP. Bayangkan beta viralnya Gubernur Jawa Tengah itu kala berkunjung ke Papua dalam rangka menyaksikan PON XX. Mulai dari tibanya di bandara Sentani, kemeriahannya mengikuti Opening PON XX, Bertemu Kru Shine Of Black, Kunjungan ke Kemba Umbai Kab. Jayapura, geliatnya berjoget bersama dengan anak-anak muda Papua, keeksposannya memakai busana adat Papua; Noken dan Makotah Cendrawasi, dan kunjungannya balasannya ke rumah rektor UNCEN, (https://www.tribunnews.com/pon-xx-papua/2021/10/03/ganjar-pranowo-sudah-mutar-mutar-dari-kemarin-di-jayapura-dukung-atlet-jateng-tampil-di-pon-papua, Jumat, 22-10-2021. Pukul. 11:31 wit).

    Hal-hal itu menunjukkan betapa merakyatnya GP bersama Rakyat Papua. Namun bila ditilik secara kritis dan cerdas sebenarnya semuanya merupakan kemunafikan demi deal ekonomi-politik 10 tahun kedepan. Sebagai seorang pejabat yang memiliki jutaan followers di media Sosial GP turut mengampanyekan keusukseskan PON XX di Papua, betapa cintanya OAP sebagai bagian ultim dari NKRI, betapa aman dan bahagianya OAP. Dan rupanya Jokowi tidak salah memakai GP sebagai Kampanyetor kesuksesan PON XX di hadapan komunitas Internasional. Fenomena ini menihilkan adanya sebuah simbiosis matualisme politik. Di mana prestise dan popularitas Jokowi semakin naik daun dan legal-standing GP sebagai bakal calon Pilpres 2024 semakin mengguat di Papua. Kurang lebih panorama kemunafikan picik kedau elit inilah yang melatarbelangkangi kiritikan pedas NP di akun twetternya. Kemudian kasus NP ini mau dikawinkan dengan nama Puan Maharani, ketua DPR RI dari Fraksi PDI perjuangan, cucu bilogis dan ideologis bung Karno. Bahwa ada hipotesis Puan yang memerintahkan NP untuk menumpas kera-kera putih dengan bayaran 5 M. 

    Namun NP sendiri mengklarifikasinya bahwa itu semua tidak benar dan informasi yang bertebaran sembrono itu hoaks belaka. Jadi kita bisa merasakan dari jauh-jauh hari bagaimana konfrontasi politik menjelang Pilpres 2024 itu. PON XX menjadi salah satu panggung yang bisa secara terbuka menunjukkan kepada kita bagaimana konfrontasi GP versus Puan Maharani. Sebab memang untuk sementara ini dua bakal calon Presiden RI yang cukup kuat legal-standing-nya ialah mereka berudua dari kubuh nasionalis. Namun perluh diketahui bahwa konfrontasi GP versus Puan ini hanyalah sebuah strategi politik PDI Perjuangan untuk memenangkan Pilpres 2024 mendatang.

    Puan Maharani juga walau tidak begitu viral saat berkunjung ke Papua saat PON XX, namun ia selaluh menempel Jokowi dalam keseluruhan Jam Tayang Jokowi selama di Papua sebagai ketua DRP RI, jadi walau pelan dan diam Puan juga memukat hati OAP dengan cara dan gayanya sendiri. Selain itu ada juga ibu Trisma Maharani, Wali Kota Surabaya yang alibi jadi Mama Papua, Anis Baswedan, Gubernur DKI Jakarta dengan kekuatan umat Islam radikal, Erick Tohir, Menteri BUMN yang menghadiakan Smelter kepada Jokowi, Sandiaga Uno, Pengusaha dan Politikus Muda dengan inovatif entrepreneur milenialnya dan lain-lain. 

    Dengan demikian dapat dilihat dari sekarang opera besar yang sedang diciptkan oleh Jokowi, GP, Puan Maharani, dan calon-calon Pilpres lainnya di Papua. Dari semua sosok yang ada sepertinya tidak ada yang sesuai dengan kerinduan dan harapan OAP untuk menjadikan “Papua Tanah Damai”. Sebab entah ia dari kubuh nasionalis maupun oposisi, keduanya sama-sama melihat Papua sebagai tempat untuk dinjak-injak, dirampok isi buminya, dan dibantai penduduk aslinya. Jadi tidak ada harapan OAP di dalam pangkuan NKRI. Lalu apa yang harus dibuat oleh OAP? Banyak hal bisa dibuat, yang perluh adalah adanya kesadaran dan persatuan untuk menjadikan “Papua Tanah Damai” dengan getol medorong solusi, yaitu Doa Rekonsiliasi Untuk Pemulihan Papua dan Dialog Damai.

    Penulis Adalah Siorus Degei Mahasiswa STFT “Fajar Timur” Abepura-Papua

    Jokowi Ganjar Papua
    Aleks Waine

    Aleks Waine

    Artikel Sebelumnya

    OAP Tidak Cinta Jokowi, OAP Hanya Trauma...

    Artikel Berikutnya

    Lagi-lagi! Mahasiswa Meepago Minta Pemda...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Indonesia Hanya Butuh Pemimpin Jujur yang Berani
    Babinsa Koramil Sarmi Laksanakan Komsos di Kampung Tafarewar
    Terima Kunjungan dari Ster Mabes TNI, Satgas Yonif 512/QY Dapat Apresiasi atas Pelaksanaan Kegiatan Teritorial

    Ikuti Kami